Kepercayaan diri saya semakin besar (saat saya bercakap-cakap).” Tentu saja, diperlukan keberanian untuk berbicara apabila Anda ingin maju dalam belajar bahasa asing, kata para ahli bahasa. ModusPria Saat Mengajak Kenalan. untuk bercakap-cakap. Tunjukkan kepada cucu-cucu bahwa PlayStation bukan satu-satunya permainan yang menarik. 4. Tiup gelembung. Jika Anda memiliki teman-teman dan keluarga yang seringkali menghasilkan pesan-pesan negatif, sekarang saatnya untuk menemukan beberapa teman yang mendukung. Langkah Kelima tegursapa ucapan untuk menyapa (mengajak bercakap-cakap): betapa menarik tingkah laku dan . Referensi dari KBBI cangking kalimat ke 1 cang·king·an n gelar kepala adat yg diperoleh krn warisan. Referensi dari KBBI tegur kalimat ke 1. te·gur n ucapan untuk mengajak bercakap-cakap; Referensi dari KBBI goda kalimat ke 1. go·da v, meng·go Katayang mempunyai rima sama dengan tegur. Daftar yang berima seperti tegur. Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS ucapan untuk mengajak bercakap cakap 5 huruf. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Masukkan juga jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui untuk Membacanyaring dengan ucapan, tekanan, dan intonasi secara tepat dan berterima yang melibatkan : kata, frasa, dan kalimat sangat sederhana - Membaca dengan nyaring text bacaan. - Upload Loading Beranda Lainnya. KKM Bahasa Inggris. Kelas 5 Semester 1 Pengertiansapa. sapa [nomina] 1 perkataan untuk menegur (mengajak bercakap-cakap dsb); 2 → siapa; Dikutip dari KBBI Semangatsiapa diharapkan Kumpulan SMS Selamat tahun baru 2014 paling keren dan gokil abis sob, berikut ini kumpulan sms ucapan selamat tahun baru 2014 yang paling keren dan gokil abis sob Related Posts To Contoh Ucapan Bapa Pengantin Perempuan Contoh Ucapan Bapa Pengantin Perempuan 2019-10-26T:00 Rating: 4 byk sampai tak tau mane Translitinterlinear, ho {Dia} de {tetapi} eipen {berkata} autois {kepada mereka} egô {Aku} brôsin {makanan} ekhô {Aku mempunyai} phagein {untuk dimakan} ên {yang} humeis {kalian} ouk {tidak} oidate {ketahui} Dalam 2 ayat ini, ada makanan jasmani dan makanan rohani. Yang jasmani dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menjelaskan hal yang rohani. AbuDawud no. 3646, dinyatakan sahih oleh al-Imam al-Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 1196 dan ash-Shahihah no. 1532) Karena kepastian berita dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa wanita adalah aurat, hendaklah wali para wanita, baik dari kalangan ayah, paman, kakek, saudara laki-laki, ataupun suami, memperhatikan DefinisiArti kata tegur di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online adalah ucapan untuk mengajak bercakap-cakap,• tegur ajar celaan, kritik, Toggle navigation. Masuk (current) Daftar (current) Blog (current) Arti Kata. Dokumen N. Teks N. Website. menegur /me·ne·gur/ v 1 mengajak bercakap-cakap UlangTahun HKI Ke-95, Ephorus HKI Pdt. Firman Sibarani, M.Th: "HKI ada untuk bercakap-cakap, mempercakapkan perbuatan besar Tuhan."Puji dan syukur kepada Tu Bercakapcakap untuk member informasi tentang ruangan. School No School; Course Title AA 1; Uploaded By JusticeFog24404. Pages 63 This preview shows page 39 - 43 out of 63 pages. Study on the go. Download the iOS Download the Android app Bercakap – Pemakaianbahasa dan kemampuan bercakap-cakap serta pertambahan perbendaharaan kata juga sangat menakjubkan. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa penguasaan perbendaharaan kata anak bertambah dari 150 kata pada umur 24 bulan pertama menjadi 14.000 kata pada umur 5 tahun. Pada usia ini telah berkembang juga social skill (ketrampilan bahasaIndonesia: ·ucapan untuk menyapa (mengajak bercakap-cakap): Betapa menarik tingkah laku dan tegur sapanya vbiesI. NilaiJawabanSoal/Petunjuk SAPA Perkataan untuk mengajak bercakap cakap TEGUR ... sapa ucapan untuk menyapa, mengajak bercakap-cakap OBROL Bercakap-cakap CENGKERAMA Bercakap-cakap BERBINCANG Bercakap-cakap IYA, BERIYA-IYA Bercakap-cakap; GERECOK Menggerecoki v menggodai; mengganggu dengan mengajak bercakap-cakap mengenai hal yang bukanbukan dsb MENYAPA Mengajak bercakap-cakap; menegur kalau be-temu dengan teman-temannya, ia selalu ~ lebih dahulu; AFRASIA Psi tidak mampu bercakap-cakap atau menulis secara bersambung meskipun dapat mengucapkan perkataan-perkataan secara terpisah LANCAR ...ahir dalam pelajaran; - mulut lekas mengeluarkan perkataan yang tidak senonoh; suka bercakap-cakap banyak mulut; ... MENEGUR 1 mengajak bercakap-cakap bertanya dsb; menyapa sudah tiga hari ia tidak ~ saya; 2 mencela; mengkritik ia tidak segan-segan ~ perbuatan anaknya y... SUARA Ucapan perkataan BAWA, MEMBAWA 1 memegang atau mengangkat barang sambil berjalan atau bergerak dari satu tempat ke tempat lain saya ~ payung setiap pergi ke sekolah; 2 mengangkut;... BERUNDING Bercakap-cakap, berembuk BERKECEK-KECEK Bercakap-cakap; mengobrol; TANDANG Berkunjung untuk bercakap-cakap CERIWIS Sangat suka bercakap-cakap, banyak omong CURIAH Suka bercakap-cakap; ramahtamah; peramah BERTUTUR-TUTUR Berkata-kata; bercakap- cakap; berbincang-bincang; OMONG Bicara, cakap BERTELETELE Bercakap-cakap tidak jelas ujung pangkalnya BERKATA-KATA Berbicara, bercakap-cakap, beromong-omong, bertutur kata; BERSAPAAN Berbincang-bincang, bercakap- cakap, bercelatuk, bercengkerama RENCENG - mulut sangat mudah bercakap-cakap KONGKO Bercakap-cakap yang tidak ada artinya; mengobrol Berbicara adalah aktivitas mengeluarkan suara dari mulut seseorang guna berkomunikasi dengan orang lain yang melibatkan artikulasi dan kelancaran berupa simbol kata-kata. Kemampuan berbicara pada anak tidak muncul begitu saja, melainkan melalui beberapa tahapan, dan itu perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Kemampuan berbicara anak itu juga dapat ditingkatkan. Penelitian ini mengkaji tentang peningkatan kemampuan bicara anak melalui metode bercakap-cakap dengan media boneka jari. Kajian ini mendeskripsikan proses peningkatan kemampuan anak berbicara menggunakan metode bercakap-cakap dengan menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas PTK yang dilakukan dikelompok A3 TK ABA 4 Mangli, dengan tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan ini dilakukan dengan tindakan bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak. Dalam ketuntasan pada pra-siklus yang dialami oleh 4 orang anak atau 24%, pada siklus pertama ada 7 orang anak atau 41%, serta pada siklus kedua ada 15 orang anak atau 88%. Metode bercakap-cakap dengan media boneka jari dapat mengubah kegiatan pembelajaran menjadi aktif, kreatif, dan menyenangkan bagi anak, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak. Begitu juga dalam menjawab beberapa pertanyaan sederhana, terutama yang menggunakan kata Tanya apa, mengapa, dimana, berapa dan bagaimana secara sederhana serta bagaimana anak mampu mengungkapkan pendapat secara sederhana, dan merangkai kata menjadi kalimat sederhana yang bermakna. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 38 Journal of Early Childhood Care & Education J E C C E ISS N 26 1 5 -141 3 onl ine BERCAKAP-CAKAP SEBAGAI METODE PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK Khoiriyah1, Angraeny Unidia Rachman2 1,2 Universitas Muhammadiyah Jember 1khoiriyah , 2angraenyunediar ________________ Submitted 10 Februari 2019 Accepted 10 Maret 2019 Published 17 Maret 2019 Berbicara adalah aktivitas mengeluarkan suara dari mulut seseorang guna berkomunikasi dengan orang lain yang melibatkan artikulasi dan kelancaran berupa simbol kata-kata. Kemampuan berbicara pada anak tidak muncul begitu saja, melainkan melalui beberapa tahapan, dan itu perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Kemampuan berbicara anak itu juga dapat ditingkatkan. Penelitian ini mengkaji tentang peningkatan kemampuan bicara anak melalui metode bercakap-cakap dengan media boneka jari. Kajian ini mendeskripsikan proses peningkatan kemampuan anak berbicara menggunakan metode bercakap-cakap dengan menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas PTK yang dilakukan dikelompok A3 TK ABA 4 Mangli, dengan tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan ini dilakukan dengan tindakan kolaboratif. Metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak. Dalam ketuntasan pada pra-siklus yang dialami oleh 4 orang anak atau 24%, pada siklus pertama ada 7 orang anak atau 41%, serta pada siklus kedua ada 15 orang anak atau 88%. Metode bercakap-cakap dengan media boneka jari dapat mengubah kegiatan pembelajaran menjadi aktif, kreatif, dan menyenangkan bagi anak, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak. Begitu juga dalam menjawab beberapa pertanyaan sederhana, terutama yang menggunakan kata Tanya apa, mengapa, dimana, berapa dan bagaimana secara sederhana serta bagaimana anak mampu mengungkapkan pendapat secara sederhana, dan merangkai kata menjadi kalimat sederhana yang bermakna. Kata Kunci kemampuan berbicara, metode bercakap-cakap, PTK Abstract Speaking is the activity of making a sound from someone's mouth to communicate with others which involves articulation and fluency in form of words. The children's speaking ability will appear through several stages, and it needs to be formed and nurtured from an early age. The child's speaking ability can also be improved. This study examines the improvement of children's speaking ability through the method of conversation. This study describes the process of improving children's speaking ability through a method of conversation using the model of Classroom Action Research in groups A3 of TK ABA 4 Mangli, with stages of planning, action, observation, and reflection. The study conducted with a collaborative action research. The method of conversation can improve children's speaking ability. As it is shown in pre-cycle completeness which experienced by 4 children or 24%, in the first cycle there were 7 children or 41%, and in the second cycle there were 15 children or 88%. The method of conversation can transform learning activities to be active, creative, and fun for the children, then ultimately improve children's speaking ability. Likewise, in answering a few simple questions, especially those that use the question words what, why, where, what, and how, the childrencan express their opinions in a simple way, and string words into the simple and meaningful sentences. Keywords speaking ability, conversation method, classroom action research Copyright © 2019 JECCE, Universitas Ahmad Dahlan Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 39 PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini PAUD bertujuan mengembangkan potensi yang dimiliki anak sejak usia dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya Sujiono, 2009. PAUD diselenggarakan sebagai upaya untuk mengoptimalkan perkembangan anak dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Usia dini yang sering disebut sebagai usia emas pada anak pada umur 0 hingga 8 tahun, merupakan masa yang sangat potensial untuk menanamkan dan membentuk dasar-dasar sikap, nilai-nilai kehidupan yang baik dan luhur, serta kemampuan-kemampuan dasar yang sangat dibutuhkan untuk mencapai tahap perkembangan selanjutnya. Dapat dikatakan pula bahwa guna menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk masa depan bangsa, dapat dinilai dari bagaimana upaya yang dilakukan untuk menyiapkan anak-anak dengan mengoptimalkan kesiapan mereka memasuki tahap-tahap perkembangan sejak usia dini. Perkembangan anak dapat dilihat dalam lima ranah, yaitu 1 Perkembangan jasmani dimana perkembangan ini terjadi saat tumbuhnya fungsi-fungsi biologis dan fisik, termasuk di sini adalah pandangan dan kemampuan motoriknya McDowall Clark, 2013; 2 Perkembangan sosial dimana perkembangan sosial ini terjadi pada saat anak mampu berinteraksi dengan orang lain. Pada masa ini anak menyadari tanggung jawab dan hak-hak sebagai anggota keluarga dan masyarakat, serta dapat bekerjasama dengan orang lain Doherty dan Hughes, 2009; 3 Perkembangan emosional, pada fase ini anak mambangun hubungan emosional dan kepercayaan diri; 4 Perkembangan bahasa yang dinyatakan oleh National Institutes of Health 2018 di Amerika Serikat dalam “Speech and Language Development Milestones” sebagai perkembangan seorang anak ketika anak dapat berkomunikasi, menyampaikan perasaan dan emosinya, baik kepada orang lain maupun terhadap diri sendiri. Perkembangan bahasa anak dapat diukur dengan perolehan kosa kata yang dicapai; dan 5 Perkembangan kognitif dimana perkembangan ini ditandai dengan cara anak mengatur informasi, di mana anak dapat memahami dunia dan lingkungannya Doherty dan Hughes, 2009. Kemampuan berbahasa merupakan salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang pesat saat usia dini. Kemampuan tersebut dipelajari dan secara alamiah diperoleh anak usia dini untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai media bersosialisasi, bahasa merupakan suatu cara untuk merespon orang lain Dhieni, 2007. Terdapat empat bentuk kegiatan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berbicara adalah salah satu aspek berbahasa, dan praktik berbicara pada anak itu menggambarkan sistematikanya dalam berpikir. Penguasaan bahasa anak Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 40 berkaitan erat dengan daya kognisinya. Perkembangan berbicara anak usia Kelompok A 4-5 tahun masih jauh dari sempurna, akan tetapi potensinya dapat dirangsang melalui komunikasi yang aktif dengan berbicara yang baik dan benar. Kualitas bicara orang-orang yang dekat akan mempengaruhi dalam keterampilan berbicara anak-anak. Menurut Moeslichatoen 2004, bercakap-cakap merupakan bentuk komunikasi antar-pribadi dimana proses yang terjadi adalah interaksi dua arah. Dalam proses interaksi tersebut, diperlukan keterampilan berbahasa yang baik secara reseptif dan ekspresif. Kemampuan bahasa reseptif mencakup kemampuan mendengar dan memahami orang lain saat berbicara, sedangkan kemampuan bahasa ekspresif meliputi kemampuan berbicara dalam menyatakan ide dan perasaan. Dalam "Early Childhood Teaching Certification; Early Childhood Certification" disebutkan bahwa seorang guru pada PAUD dituntut untuk memiliki pengetahuan mengenai perkembangan anak serta harus menguasai materi yang diajarkan di kelas atau di hadapan anak usia dini Hal ini berarti bahwa seorang guru PAUD harus memiliki kompetensi pedagogik dasar yaitu penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan pribadi, dan profesionalisme Mulyasa, 2009. Harapannya, seorang guru PAUD dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya dalam mengelola pembelajaran peserta didik tidak hanya mendidik anak melalui pembelajaran, tetapi mampu mengasuh dan memberikan pembiasan baik bagi anak sebagai bekal dalam kehidupan yang lebih dewasa. Pada Kelompok A, guru merupakan salah satu pihak yang dapat mempengaruhi perkembangan berbicara anak. Guru pada Kelompok A harus dapat memilih strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berbicara anak. Jean J. Rousseau merekomendasikan agar guru berusaha mengetahui minat yang ada pada setiap anak, agar diketahui perkembangan anak tersebut. Clark, 2013. Data menunjukkan bahwa pembelajaran pada Kelompok A3 TK ABA 4 Mangli Jember masih berpusat pada guru, yaitu guru berbicara dari awal pembelajaran sampai akhir, hanya sesekali bertanya kepada murid yang jawabannya ya dan tidak. Guru kurang memberi kesempatan kepada murid untuk berbicara, baik bercerita maupun sekedar untuk mengungkapkan pendapatnya. Hal ini mengakibatkan murid cenderung menjawab dengan singkat atau satu kata, tanpa ekspresi atau sambil menunduk dan jarang bertanya atau mengemukakan pendapatnya. Ketidakmampuan anak terlihat saat menjawab beberapa pertanyaan sederhana, terutama yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, di mana, berapa, dan bagaimana. Dengan demikian, keterampilan Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 41 berbahasa khususnya penguasaan keterampilan berbicara anak tampak kurang berkembang. Pengembangan berbicara anak dapat dilakukan dengan metode bercakap-cakap Dhieni, 2007. Metode bercakap-cakap adalah metode yang mencakup kegiatan di mana seseorang menyampaikan secara lisan kepada orang lain dengan alat bantu atau tanpa alat terkait sesuatu dalam bentuk pesan, informasi atau pun percakapan sederhana yang terdengar menyenangkan Dhieni, 2007. Kegiatan berbicara bagi anak usia dini berperan dalam membantu perkembangan bahasanya, antara lain dalam meningkatkan ketrampilan berbicara, menambah perbendaharaan kosakata, meningkatkan kemampuan mengucapkan kata-kata, dan melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangannya. Metode bercakap-cakap tersebut dengan menggunakan media dinilai akan lebih menarik anak, salah satunya adalah dengan media boneka jari. Berdasarkan penjabaran secara diskriptif data-data pengamatan awal terhadap kemampuan berbicara anak, penggunaan metode bercakap-cakap dengan menggunakan media boneka jari dapat mengubah kegiatan pembelajaran menjadi aktif, kreatif, dan menyenangkan bagi anak, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses peningkatan kemampuan berbicara anak melalui metode bercakap-cakap pada TK ABA 4 Mangli. METODE Penelitian ini berjenis Penelitian Tindakan Kelas PTK. PTK ini bercorak kualitatif dan kuantitatif. Dinyatakan sebagai penelitian kualitatif dengan melihat proses belajar secara natural, dan corak kuantitatif untuk mengukur peningkatan kemampuan berbicara pada anak. Peneliti berkolaborasi dengan guru. Dalam hal ini, guru melakukan tindakan di dalam kelas, sedangkan peneliti mengamati berlangsungnya proses tindakan. Penelitian ini dilakukan dengan empat proses kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan melalui obsevasi, wawancara, catatan dan rekaman. Instrumen kegiatan observasi, yaitu pedoman observasi yang berisi daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan diamati. Wawancara dilakukan dalam bentuk dialog langsung oleh interviewer kepada anak sehingga dapat mengungkap kemampuan bicara yang tepat dalam membangun komunikasi. Data yang sudah diperoleh dianalisis untuk mendeskripsikan perkembangan kemampuan berbicara anak usia dini. Kriteria ketuntasan penelitian ini didasarkan pada kriteria ketuntasan secara klasikal dan individual. Secara individual, anak dikatakan tuntas jika anak mendapat Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 42 skor bintang tiga *** di setiap indikator atau jumlah skor yang dicapai setiap anak adalah 4 x 3 = 12. Dimana angka 4 merupakan banyaknya indikator penilaian dan angka 3 merupakan skor tiga bintang *** untuk setiap indikator. Secara klasikal, jika banyaknya anak yang sudah mendapat skor tiga bintang *** di setiap indikator atau jumlah skor secara keseluruhan 12 adalah sebanyak 75% dari 17 anak, yaitu 14 anak. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kegiatan Pra-Penelitian Tujuan kegiatan pra-penelitian adalah untuk memahami keadaan peserta didik saat melakukan interaksi yang baik, sehingga penggunaan metode bercakap-cakap diperoleh data yang natural atau alami. Adapun kegiatan yang dilakukan, diantaranya 1 pengenalan mendalam terhadap pihak sekolah, 2 diskusi dengan guru, khususnya guru Kelompok A3 untuk membuat persiapan materi pembelajaran, 3 bantuan mengajar di kelas, dan 4 partisipasi langsung saat anak-anak bermain. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat beradaptasi dengan anak-anak dan lingkungan sekolah. Selain itu, peneliti juga berperan menjadi konselor guru, saat guru mendapat kesulitan dalam menghadapi anak atau kesulitan dalam menyusun materi ajar. Terlebih lagi, peneliti juga melakukan pengkondisian anak terhadap benda-benda elektronik yang dibawa oleh peneliti saat pengambilan dokumentasi. Tujuan pengondisian tersebut yaitu agar anak dapat beradaptasi dengan baik dalam kegiatan pembelajaran sehingga penelitian berjalan secara alami. Tabel 1. Data Kondisi Murid Kelompok A3 Pada kegiatan pra-penelitian didapatkan informasi pada Tabel 1 bahwa banyak murid kelompok A3 adalah 17 orang anak, dengan rincian kategori usia 4 tahun hingga 4,5 tahun sebanyak 5 orang anak, dan usia 4,5 tahun hingga 5 tahun sebanyak 12 anak. Perbedaan usia pada kelas ini disebabkan adanya perbedaan pandangan orang tua mengenai usia masuk sekolah. Namun, perbedaan tersebut tidak menggangu kegiatan penelitian ini. Berdasarkan hasil pengamatan di kelompok A3, guru menjadi pusat informasi karena guru menjelaskan seluruh materi kemudian dilanjutkan dengan pemberian instruksi kegiatan yang harus dilakukan oleh anak. Guru hanya sesekali melakukan tanya jawab dengan anak, dimana anak hanya menjawab ya-tidak atau jawaban yang hanya dengan Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 43 satu kata. Hal ini mengakibatkan anak bosan belajar. Selain itu, guru menawarkan permainan kepada anak-anak yang tidak ada hubungannya dengan pengembangan kemampuan berbicara. Peneliti dibantu oleh guru mengadakan pre-test untuk memperoleh data awal. Data ini merupakan data asesmen awal untuk mengukur dan menilai kemampuan berbicara pada anak. Kegiatan ini dilakukan secara alamiah dalam proses pembelajaran. Anak-anak melakukan kegiatan seperti bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, bercakap-cakap dengan temannya atau berbicara secara monolog tentang hewan atau kegiatannya sehari-hari. Tiga kriteria dalam penilaian, diantaranya 1 skor bintang 3, jika anak mampu melakukan tugas yang dimaksud dengan baik, 2 skor bintang 2, jika anak mampu melakukan tugas tetapi masih ada kesalahan, dan 3 skor bintng 1, jika anak tidak mampu melakukan tugas yang dimaksud. Tabel 2. Data Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A3 Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap hasil kerja anak, didapatkan informasi pada Tabel 2 bahwa sebanyak 4 orang anak atau 24% dari 17 orang anak telah mencapai ketuntasan dan 13 anak atau 76% belum mencapai ketuntasan. Pada kondisi kemampuan bicara, anak baru mampu berbicara dengan menggunakan dua kata. Salah satu contoh yaitu saat guru bertanya tentang kegiatan di pagi hari, maka anak mengatakan “aku bangun trus mandi trus makan trus trus sekolah ….”, “dengar burung aku bangun aku mandi aku makan aku doa aku sekolah ….”. Kegiatan selanjutnya, peneliti mengomunikasikan data kepada kepala sekolah dan guru. Peneliti menawarkan suatu alternatif kegiatan dalam pembelajaran yang lebih menarik sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak dengan metode bercakap-cakap. Peneliti melakukan kesepakatan dan bersama-sama dengan guru berdiskusi untuk menyusun langkah-langkah konkrit dalam pembelajaran. 2. Deskripsi Data Siklus I Penelitian tindakan dalam siklus I meliputi perencanaan, tindakan yang dibagi dalam tiga pertemuan, pengamatan, serta refleksi. Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 44 a. Perencanaan Pada tahap pertama, peneliti menjelaskan teori-teori mengenai perkembangan dan pendidikan yang berkaitan dengan kemampuan berbicara untuk anak usia 4-5 tahun. Peneliti memberikan kesempatan anak untuk berpraktik berbicara, memberi motivasi melalui pemberian pujian, dan memberi contoh bagaimana berbicara yang baik, serta pemberian bimbingan. Pada tahap kedua, peneliti bersama guru memilih kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan berbicara anak dengan metode bercakap-cakap. Tahap ketiga, guru mencatat kegiatan untuk melihat perkembangan kemampuan berbicara anak yang dijabarkan dalam suatu rencana pembelajaran lesson plan yang kongkrit, meliputi tema yang dipilih, bentuk kegiatan, langkah-langkah pembelajaran, serta metode dan media yang digunakan. Tahap keempat, peneliti dan guru menyiapkan media boneka jari yang dibutuhkan dan sesuai dengan tema. Peneliti dan guru sepakat untuk memilih tema tentang hewan dan sub tema tentang hewan yang hidup di darat. Perancangan penataan ruangan mengacu pada pembelajaran yang menenggelamkan anak-anak pada lingkungan sekitar yang kaya gambar hewan. b. Tindakan Tindakan pada siklus pertama ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. 1 Pertemuan Pertama Kegiatan pada pertemuan pertama adalah tepuk berpola sambil menyebut nama-nama hewan. Semua anak menyebutkan nama hewan yang diketahuinya. Setelah itu, guru menjelaskan kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak, yaitu bercakap-cakap dengan memakai boneka jari. Guru menjelaskan ciri-ciri hewan gajah. Gajah adalah hewan yang mempunyai tubuh yang sangat besar, kakinya empat besar-besar, telinganya lebar, matanya kecil. Kemudian, guru memberikan kesempatan anak untuk mengajukan pertanyaan. Anak bertanya, mengenai rumah gajah, apa yang dimakan dan diminum. Pada saat menjawab pertanyaan, guru merangkai kata-kata yang ditirukan oleh anak “rumah gajah di hutan”; “gajah makan rumput”; “gajah minum air”. Kegiatan dilanjutkan dengan bercakap-cakap mengenai tema aktivitas di waktu pagi “bangun”, “mandi”, “makan-minum”, dan “pergi ke sekolah”. Kegiatan penutup berupa kegiatan recalling mengingat kembali pesan-pesan dan nasihat untuk anak-anak. Selanjutnya, guru membimbing membaca doa sesudah belajar, dan yang terakhir adalah doa naik kendaraan. Terakhir, guru mengucapkan salam kepada anak-anak. Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 45 2 Pertemuan Kedua Pertemuan kedua menampilkan tema mengenal hewan kelinci dengan memakai media boneka jari. Kegiatan dimulai dengan aktivitas anak-anak masuk kelas dengan mendahulukan kaki kanan secara tertib. Kegiatan selanjutnya yaitu menyanyikan lagu yang anak-anak senangi untuk meningkatkan antusiasme anak. Selanjutnya, guru mengenalkan nama hewan yang hidup di darat. Guru mengajak anak-anak untuk bercakap-cakap tentang hewan kelinci, bernyanyi tentang hewan dan bersyair tentang hewan. Pada kegiatan ini, guru meminta anak untuk memerankan situasi dengan memanfaatkan media boneka jari hewan kelinci dan hewan yang lainnya. Pada kegiatan bercakap-cakap ini, ada dua anak yang saling mengenalkan diri dan berkomunikasi. “aku kelinci, kamu siapa? “namaku gajah, badanku besar”,“makanmu apa?”, “rumput hijau”. Guru melanjutkan kegiatan bercakap-cakap tentang kegiatan sehari-hari. Pada kegiatan ini, terlihat anak lebih aktif. Beberapa anak ingin mengungkapkan perasaannya dan pengalamannya masing-masing. Cuplikan dari kegiatan ini adalah ketika si tasya berbicara “Aku makan roti bakar Aku bisa melipat mukena sendiri” Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan berdoa. 3 Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga mengangkat tema tentang mengenal hewan ayam dengan media boneka jari sambil bernyanyi, syair dan tepuk berpola serta tanya-jawab, dan dengan metode bercakap-cakap. Guru bercakap-cakap tentang hewan ayam, baik bentuk fisiknya, macam-macam nama ayam, bentuknya, suaranya, dan nama masakan ayam. Selanjutnya, guru mengajak anak-anak untuk bernyanyi dan tepuk berpola ayam. Guru memberikan kesempatan pada anak untuk bercakap-cakap secara monolog tentang kegiatannya sehari-hari. Beberapa anak sudah berani maju ke depan kelas dengan terlebih dulu mengenalkan namanya seperti “namaku Tasya, aku makan ayam goreng, aku suka karena rasanya enak”; “namaku Rifki, nenekku punya ayam banyak, ada yang masih kecil, ibunya badannya besar, kalau berjalan begini … sambil menirukan jalannya induk ayam. Guru melakukan tanya jawab tentang hewan ayam dan menanyakan siapa yang suka dan tidak suka, mengapa, jumlah, dan bagaimana. Selanjutnya, guru mempersilahkan anak-anak untuk bercakap-cakap secara berpasangan dengan temannya. Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 46 Pada kegiatan ini, banyak anak yang ingin bercakap-cakap di kelas. Faktor yang menyebabkan yaitu keberanian anak yang mulai tumbuh seiring dengan banyaknya kegiatan pertemuan yang telah dilakukan. Namun, hanya tujuh anak yang mendapatkan giliran bercakap-cakap karena keterbatasan waktu. Kegiatan selanjutnya adalah bercakap-cakap secara bebas dimana anak dapat berbicara tentang apa saja. Pada kegiatan ini, anak bercakap-cakap secara monolog untuk menceritakan kegiatan yang pernah dilakukan. Misalnya, Afdan berbicara tentang pengalamannya pergi ke dokter “Aku kemarin tidak masuk sekolah karena sakit Aku periksa ke dokter diantar ayah Aku diberi obat Obatnya rasanya pahit” Guru memberikan apresiasi kepada anak, bahwa mereka pandai dan harus terus belajar. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan doa bersama. c. Hasil Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan pada tiga pertemuan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1 Guru melakukan kegiatan pembelajaran di saat anak belum siap untuk belajar, sehingga pembelajaran belum kondusif. 2 Anak dapat berbicara secara bebas dengan gaya masing-masing secara alamiah. Antusiasme anak dalam berbicara semakin karena pemanfaatan media boneka jari dalam kegiatan pembelajaran. Namun, media yang tersedia tidak mencukupi sehingga banyak anak yang tidak sabar menunggu giliran. 3 Dalam kegiatan tanya-jawab, anak lebih cenderung bersikap pasif dan guru masih kurang memberikan semangat pada anak untuk bertanya. 4 Guru memberikan kebebasan pada anak untuk mengembangkan ide-ide dan imajinasinya dalam berbicara melalui metode bercakap-cakap tetapi ketika anak-anak mau mengembangkan idenya medianya tidak tersedia, sehingga anak tidak mau lagi bicara dengan temannya. d. Refleksi Tujuan refleksi dalam penelitian ini, yaitu melihat dampak dari proses pembelajaran melalui metode bercakap-cakap terhadap kemampuan berbicara anak. Kegiatan refleksi berupa analisis terhadap kegiatan dan respons anak, yang didasarkan pada pengamatan Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 47 terhadap proses pelaksanaan, serta kesesuaiannya dengan program yang telah dituangkan dalam instrumen tindakan. Selain itu, tes pada akhir siklus dilakukan untuk mengetahui perubahan peningkatan kemampuan anak. Tabel 3. Penilaian Hasil Tes Siklus I Secara kuantitatif, peningkatan berbicara dengan metode bercakap-cakap melalui media boneka jari pada siklus pertama ini adalah 7 orang anak telah memenuhi kriteria ketuntasan dan 10 orang anak belum memenuhi kriteria ketuntasan Tabel 2. Dengan kata lain, ketuntasan secara klasikalnya baru 41%. Berdasarkan hasil observasi selama tiga kali pertemuan pada siklus I, diketahui bahwa hasil yang dicapai belum memenuhi standar ketuntasan 75%, yaitu 14 anak telah tuntas. Secara umum, semangat dan aktivitas belajar anak belum maksimal meskipun anak-anak merasa gembira dengan kegiatan yang dilakukan. Guru masih ragu dalam menggunakan metode bercakap-cakap karena belum memiliki pengetahuan yang memadai dan pengalaman sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti bersama guru melakukan evaluasi mengenai tindakan pada siklus pertama. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses kegiatan pembelajaran, antara lain 1 Guru harus menentukan kegiatan yang bervariasi dan menarik minat anak-anak agar tidak jenuh. 2 Guru harus berusaha memilih kegiatan pembelajaran yang melibatkan aktivitas motorik karena salah satu karakteristik pada anak usia 4-5 tahun adalah anak-anak lebih suka bergerak dari pada duduk diam. 3 Guru harus tampil dengan persiapan yang baik, termasuk menyiapkan media dan peralatan yang sesuai, serta menyiapkan pengaturan ruangan. 4 Guru harus lebih banyak memberi penguatan atau pujian kepada anak yang sudah berusaha untuk bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya. 5 Guru harus lebih banyak memfasilitasi atau memberi kesempatan kepada anak yang ingin mengekspresikan dirinya. 6 Guru harus mengajak anak-anak bernyanyi sambil menggerakkan badan agar anak lebih riang gembira. 7 Guru tidak boleh sering mengintervensi kegiatan atau gerakan yang dilakukan oleh anak. Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 48 3. Deskripsi Data Siklus II a. Perencanaan Sebelum melakukan kegiatan siklus II, peneliti dan guru melakukan diskusi tentang beberapa hal yang hendak dilakukan agar pelaksanaan siklus II lebih baik dari sebelumnya. Hal-hal yang direncanakan untuk dilakukan pada siklus II adalah 1 berdiskusi untuk memilih kegiatan pembelajaran yang menarik dan variatif bagi anak-anak, dengan melibatkan aktivitas motorik kasar maupun motorik halus, 2 membuat media peralatan untuk pembelajaran secara bersama-sama, 3 menyiapkan berbagai peralatan dan mengatur ruangan yang akan dipakai dalam kegiatan pembelajaran secara bersama-sama, 4 Peneliti menjelaskan pengaruh penguatan dan macam-macam penguatan yang dapat diberikan kepada anak, 5 Peneliti menjelaskan agar guru tidak sering mengintervensi pada apa yang dilakukan oleh anak, dan perlu diskusi dengan anak untuk menentukan peraturan dalam setiap kegiatan, 6 guru harus lebih banyak memfasilitasi atau memberi kesempatan kepada anak yang ingin mengekspresikan dirinya. b. Tindakan Peneliti bersama guru mengambil keputusan untuk melaksanakannya 3 kali pertemuan dengan tema yang sama yaitu hewan dengan sub-tema tentang hewan yang hidup di udara dengan media boneka jari. 1 Pertemuan Pertama Kegiatan pembuka pada penelitian ini sama seperti kegiatan pada siklus I. Namun, peneliti tidak menjelaskan kegiatan pembuka seperti berbaris dan dalam lingkaran karena kegiatan awal ini dilakukan secara umum dan semua murid berkumpul menjadi satu yang tidak didasarkan pada kelompok usia. Anak-anak masuk kelas dengan tertib sesuai dengan kelompok usianya. Kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu “nama-nama hewan”. Jika kondisi anak-anak telah tertib dan tenang, guru mengucapkan salam dan sapaan menanyakan kabar pagi ini dan mengajak anak-anak untuk siap berdoa. Apabila anak-anak menjawab “siap”, Guru mengucapkan terima kasih, dan memulai pelajaran. Pada kegiatan inti, guru mengajak anak untuk bermain tepuk dan guru bercakap-cakap tentang nama-nama hewan yang hidup di udara. Guru menjelaskan tentang tema pembelajaran yaitu mengenal “kelelawar”. Stategi pembelajaran adalah kegiatan Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 49 bermain secara berkelompok dengan melibatkan kegiatan motorik. Guru memberikan tugs berupa kegiatan bercakap-cakap yang disertai dengan peragaan hewan yang dipilih ketika terbang. Anak mulai berbicara dengan mengenalkan diri hewan apa yang dipegang, makanan kesukaannya, di mana hewan itu tidur, bagaimana hewan itu tidur, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan hewan tersebut. Selanjutnya, guru mempersilahkan anak untuk bercakap-cakap dengan temannya dan guru bertanya tentang apa yang dilakukan oleh anak tersebut. Kegiatan bercakap-cakap dilakukan secara monolog dan tanya-jawab dengan menyebutkan nama hewan boneka jari yang dipegang “namaku kekelawar, warnaku hitam, aku punya kaki dua, aku tidur di dalam gua, tidurku begini” anak sambil memperagakan kakinya diangkat. Pada kegiatan penutup, guru memberikan apresiasi bahwa semua anak adalah anak yang pandai karena telah melaksanakan tugas dengan baik. Setelah itu guru mengajak anak untuk berdoa bersama. 2 Pertemuan Kedua Tema pembelajaran pada pertemuan kedua adalah mengenal hewan burung dengan menggunakan media boneka jari. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyanyikan burung kutilang. Guru memberikan kesempatan setiap anak untuk bernyanyi agar menjadi semangat dalam belajar. Guru bercerita tentang nama-nama burung. Kemudian, guru melakukan tanya jawab tentang siapa yang punya burung dirumah, apa warna bulu burung, makanan kesukaannya, serta hal-hal yang berhubungan dengan burung. Semua anak antusias menjawab pertanyaan guru. Strategi pembelajaran yang dilakukan yaitu pembentukan kelompok. Hal ini dilakukan agar anak lebih aktif dalam mengemukakan ide dan fikiran serta perasaannya. Pada pertemuan ini, terdapat diskusi dan percakapan yang terjadi antara Caca, Tasya dan Kamila “Aku melihat burung terbang, terbangnya begini sambil membentangkan kedua tangannya serta menggerak-gerakan keatas dan kebawah”. “Kakakku punya burung, warnanya hitam, aku enggak suka burung karena bau kotorannya”, sahut “aku pernah ke kebun binatang lihat burung merak, hiii … burungnya seperti ayam tapi punya bulu sangat panjang dan bagus, aku suka burung merak.” Pada kegiatan penutup, guru memberikan apresiasi bahwa semua anak adalah anak yang pandai karena telah berhasil melaksanakan tugas dengan baik dengan cara berkelompok. Setelah itu, guru mengajak anak-anak berdoa bersama. 3 Pertemuan Ketiga Tema pada pertemuan ketiga yaitu hewan serangga dimana guru menyiapkan media boneka jari dengan bermacam-macam serangga. Pada pertemuan ini, kegiatan Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 50 terlihat lebih seru karena kegiatan melibatkan kegiatan motoric dimana anak boleh berlari dan berkejar-kejaran. Anak –anak memperagakan jenis hewan yang dipegang secara semangat dan mengekpresikan tingkah laku hewan yang dipilih. Kegiatan percakapan antara anak-anak berlangsung secara alami tanpa ada beban takut atau malu salah dalam mengucapkannya. “ih… kamu namanya siapa?, Namaku capung, nama kamu siapa? Namaku semut, aku tidak bisa terbang karena aku tidak punya sayap, rumah kamu dimana capung? Sambil tertawa…hihihi, aku enggak tahu rumahku”. Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan tanya jawab antara anak-anak dengan guru. Aanak-anak terlihat semakin semangat karena rasa ingin tahu pada hewan yang sudah dipilih. Pada kegiatan bercakap-cakap, guru mengajak bercakap-cakap ketika anak-anak belum mengetahui beberapa informasi. Akibatnya, banyak anak yang mengajukan pertanyaan secara langsung kepada guru. Berdasarkan pertanyaan anak, guru menjawab sambil memberi contoh bicara yang baik dan yang bermakna. Hurlock 1980 mengemukakan bahwa untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak, apakah anak telah mampu berbicara dengan benar atau hanya sekadar “membeo”, maka dapat dilihat dari aspek-aspek kemampuannya, yakni jika anak mampu mengetahui arti kata yang diucapkan serta mampu menghubungkan kata tersebut dengan objek yang diwakilinya. Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah, dan anak memahaminya bukan karena telah sering mendengar kata-kata tersebut atau sekadar menduga-duga saja. Guru memberikan apresiasi pada semua anak. Kemudian menjelaskan bahwa semua mahkluk ciptaan Allah berguna bagi manusia. Anak antusias mendengar penjelasan guru. Pada akhir kegiatan, guru memimpin untuk berdoa. c. Hasil Pengamatan Adapun hasil pengamatan selama tiga pertemuan pada siklus II, yaitu 1 Anak-anak tampak sangat gembira sekali saat memasuki kelas, mereka terlihat sangat antusias dengan berlari-lari sambil menunjukkan peralatan yang akan dipakai dalam kegiatan bercakap-cakap nanti. 2 Anak-anak tampak antusias ketika bercakap-cakap, baik dalam bentuk Tanya-jawab dengan guru maupun bercakap-cakap dengan temannya, ataupun saat berbicara secara monolog. Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 51 3 Anak-anak sangat senang dengan kegiatan bercakap-cakap dengan menggunakan media boneka jari karena anak-anak dapat menceritakan pengalamannya baik itu yang ada dirumah maupun yang dialami di sekolah. d. Refleksi Siklus II Refleksi dilakukan dengan acuan hasil instrumen tindakan/tes, catatan lapangan, serta analisis temuan pengamatan yang dilakukan selama berlangsungnya kegiatan. Tabel 4. Penilaian Hasil Tes Siklus II Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebanyak 15 anak telah memenuhi kriteria ketuntasan dimana 15 anak sudah mendapat bintang 3 disetiap indikator sehingga total jumlah skornya pada semua indikator per anak adalah 12***. Peningkatan klasikal pada anak yang mendapat bintang tiga pada setiap aspek yaitu 15 orang anak atau 88%. Observasi yang dilakukan dalam tiga kali pertemuan pada siklus II menghasilkan suatu kesimpulan bahwa kegiatan tersebut berhasil mencapai standar ketuntasan baik ketuntasan individual yaitu 15 orang anak mendapat skor bintang 3*** disetiap indikator dengan jumlah total skor bintang 12, maupun ketuntasan klasikal yaitu 15 orang anak dari 17 orang anak, berarti 88%. Dengan demikian hasil penelitian ini sudah melebihi standar ketuntasan yang ditentukan yakni 75%. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pembelajaran berlangsung sesuai dengan program yang telah disepakati sebelumnya oleh peneliti dan guru. Selain itu, terlihat bahwa guru konsisten dalam menerapkan metode bercakap-cakap dengan melibatkan kegiatan motorik anak. Kegiatan yang dipilih pun lebih menarik karena guru 41%88%0%20%40%60%80%100%Siklus I Siklus IIKetuntasan Tiap SiklusSiklus ISiklus II Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 52 telah melakukan hal terbaik, antara lain membuat persiapan maksimal, menggunakan media, memberi penguatan, mengurangi intervensi terhadap anak, memberi kesempatan lebih leluasa bagi anak untuk berekspresi, menjadi model bagi anak untu lebih percaya diri, mengelola kelas lebih bervariasi, serta dapat bersepakat dengan anak untuk membuat peraturan yang ditaati bersama. Dengan adanya perubahan dalam perencanaan dan pelaksanaan program tersebut, peneliti menilai bahwa dilihat dari prosesnya, kegiatan pembelajaran yang dilakukan mengalami peningkatan dimana kemampuan berbicara pada anak meningkat. Pada siklus ini, peneliti dan guru melakukan beberapa perubahan dalam proses kegiatan pembelajaran, diantaranya. 1 Guru tampil lebih variatif dalam memberikan kegiatan dan semakin sering memberikan kesempatan kepada anak untuk berbicara dan berekspresi, serta banyak menggunakan media yang sesungguhnya. Sebelum penelitian ini dilakukan, pembelajaran kemampuan berbahasa, khususnya berbicara, diberikan oleh guru secara monoton dan belum memberi kesempatan kepada anak untuk berbicara maupun mengekspresikan melalui bercerita. Selain itu guru hanya terbatas menggunakan buku, dan jarang memanfaatkan media yang sesungguhnya. 2 Guru mampu memilih dan menentukan kegiatan pengembangan kemampuan berbicara pada anak menyesuaikan dengan tema tertentu, sehingga pembelajaran lebih menarik perhatian anak dan dapat dipahami lebih utuh. Sebelum penelitian ini dilakukan, guru mengakui bahwa dalam mengajarkan berbicara pada anak, ia tidak mengaitkan pembelajaran dengan suatu tema. 3 Guru mengajarkan berbicara dengan mengembangkan aspek-aspek lain bahasa seperti mengamati, mendengar dan berbicara yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak. Sebelum penelitian ini, guru tidak melakukan hal tersebut. 4 Dalam pemilihan kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan berbicara, guru memilih kegiatan yang lebih banyak melibatkan motorik. Sebelumnya, guru jarang menggunakan aktivitas motorik kasar pada anak. 5 Dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, guru menggunakan metode bercakap-cakap. Sebelum dilakukan penelitian ini, guru hanya menggunakan metode pengkodean. Berdasarkan pengamatan dan hasil refleksi terakhir tentang penerapan metode bercakap menggunakan media boneka jari, didapatkan hasil tentang perubahan pada Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 53 anak, yaitu anak lebih berani mengemukakan pendapatnya. Anak lebih banyak mengajukan pertanyaan, anak mampu menjawab pertanyaan dengan jawaban yang lebih beragam, lebih lancar dalam mengungkapkan ide atau pendapat, memiliki cara berpikir yang berbeda dari temannya, dapat menampilkan beragam penafsiran mengenai sesuatu, bekerja dan dapat menyelesaikan tugas lebih baik dan lebih cepat, serta berani mencoba hal-hal yang baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Dhieni, dkk 2007 bahwa metode bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara guru dan anak atau antara anak dengan anak merupakan suatu bentuk komunikasi antar pribadi yang yang menunjukkan kemampuan bahasa resepsif dan ekspresif dalam suatu dialog. Terlebih lagi Chomsky dalam Atkinson, 2003 menyatakan bahwa dalam menunjukkan pemakaian bahasa, ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu produksi dan pemahaman bahasa. Dalam memproduksi bahasa, seseorang anak memulainya dengan pikiran proporsional, yaitu dengan suara yang dapat mengekspresikan kalimat. Sedangkan dalam memahami bahasa, seseorang memulainya dengan mendengar suara, kemudian melekatkan makna pada suara ditampilkan dalam bentuk kata-kata, serta merangkai kata-kata agar menjadi kalimat yang mengandung pengertian, dan kemudian dari kalimat itu muncul suatu proposisi. Dengan demikian, metode bercakap-cakap yang melibatkan anak untuk menunjukkan kemampuan bahasa resepsif dan ekspresif dalam dialog tampak mempunyai peran dalam pengembangan bahasa anak dengan guru atau antara anak dengan anak. Selain itu, penggunaan media boneka jari sebagai media pengajaran visual juga mempunyai peran dalam pengembangan bahasa anak. Hal ini dikarenakan media boneka jari disajikan dengan menggunakan beberapa macam tema pembelajaran yang berbeda dan mempunyai fungsi atensi dan afektif yang dapat menarik perhatian siswa dan sikap siswa saat mengikuti pembelajaran. Levie & Lentz dalam Azhar, 2002 mengemukakan bahwa media pembelajaran, khususnya pembelajaran visual, mempunyai beberapa fungsi yaitu fungsi atensi untuk menarik dan mengarahkan perhatian siswa agar dapat berkonsentrasi terhadap isi materi pelajaran dan fungsi afektif yang terlihat dari tingkat kenikmatan dan perasaan siswa ketika belajar baik mendengarkan atau mengungkapkan ide kembali tentang tema yang disajikan. SIMPULAN Kemampuan berbicara pada anak dapat ditingkatkan melalui metode bercakap-cakap. Selain itu, metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan bagi anak. Journal of Early Childhood Care & Education Vol. 2 Maret 2019 Hal. 38 - 54 54 Terlebih lagi, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode bercakap-cakap dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak, baik dalam hal menjawab pertanyaan sederhana, terutama yang menggunakan kata tanya apa, mengapa, di mana, berapa, dan bagaimana, maupun bagaimana anak mengungkapkan pendapatnya secara sederhana, dan merangkai kata menjadi kalimat sederhana yang bermakna. Adapun saran bagi peneliti atau guru dalam penelitian lanjutan, yaitu 1 dalam bercakap-cakap, guru harus menyesuaikan dengan kemampuan anak pada kelas tersebut, 2 materi percakapan atau kata-kata yang dipilih dalam bercakap-cakap hendaknya disesuaikan dengan capaian perkembangan bahasa anak, 3 kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang memang betu-betul disukai anak tersebut, dan 4 dalam kegiatan bercakap-cakap sebaiknya digunakan media yang cukup dan melibatkan kegiatan motorik. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Bumi Aksara. Azhar, A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta PT Raja Grafindo Persada. Atkinson, 2003.Pengantar Psikologi. Jakarta Erlangga. Clark, McDowall 2013. Childhood in Society. London Learning Matters. Dhieni, Nurbiana, dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta Universitas Terbuka. Doherty, J. and Hughes, M. 2009. Child Development Theory and Practice. Harlow Longman. “Early Childhood Teaching Certification; Early Childhood Certification". Diunduh 20/1/2019. Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta Erlangga. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta Rosda. Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta PT Rineke Cipta. Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung PT Remaja Rosda Karya. Musfiroh, Tadkirotun. 2008. Pengembangan Kecerdasan Majemuk, Jakarta Universitas Terbuka. National Institutes of Health 2018. Speech and Language Development Milestones. Bathesda NIDCD. Updated November 20, 2018 Sujiono, Yuliani Nurani & Bambang Sujiono. 2005, Menu Pembelajaran AUD. Jakarta Yayasan Citra Pendidikan Indonesia. ... Salah satu metode pembelajaran yang menarik adalah metode bercakap-cakap dikarenakan dalam penggunaan metode bercakap-cakap anak dapat menyatakan gagasan atau pendapat secara verbal. Pengembangan berbicara anak dapat dilakukan dengan metode bercakap-cakap Khoiriyah & Rachman, 2019. ...... Metode bercakap-cakap adalah metode yang mencakup kegiatan di mana seseorang menyampaikan secara lisan kepada orang lain dengan alat bantu atau tanpa alat terkait sesuatu dalam bentuk pesan, informasi atau pun percakapan sederhana yang terdengar menyenangkan Dhieni, 2007. Kegiatan berbicara bagi anak usia dini berperan dalam membantu perkembangan bahasanya, antara lain dalam meningkatkan ketrampilan berbicara, menambah perbendaharaan kosakata, meningkatkan kemampuan mengucapkan kata-kata, dan melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangannya Khoiriyah & Rachman, 2019 Oleh karena itu, artikel ini mencoba untuk menggambarkan pengaruh metode bercakap-cakap terhadap keterampilan berbicara anak usia 4-5 tahun di Kelompok A PAUD As-Shofa Tembilahan Hulu. ...Nuraini NurainiRika DeviantiLanguage is the ability to communicate with other people. One of the language skills that can be developed first is speaking skill. Speaking skills need to be optimized because they can affect the next child's life. There are various kinds of problems related to speaking skills including some children who have not been able to communicate the ideas in their minds, express their opinions, and have not dared to speak. In addition, the teaching methods used by teachers have an influence on children's interest in expressing their opinions. This study aims to determine the effect of the conversing method on the speaking skills of children aged 4-5 years. The quantitative approach was carried out using an experimental method of pre-experimental design, one group pretest, and post-test design. Subjects in this study as many as 17 children, data collection techniques using the method of observation and documentation. Furthermore, the data analysis technique used the Wilcoxon Matched Pairs Test formula. The results showed that the method of speaking had an effect on children's speaking skills.... Bercakap-cakap sebagai metode peningkatan kemampuan berbicara anak, kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak dalam berkomunikasi untuk menyampaikan perasaannya baik kepada orang lain atau diri sendiri. Salah satu yang dapat mempengaruhi kualitas kemampuan berbicara pada anak adalah guru sehingga diharapkan guru menguasai berbagai materi dan strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada anak guna membantu anak dalam menambah kosa kata, pengucapan kata-kata, dan merangkai kalimat yang termasuk dalam pengembangan berbicara pada anak Khoiriyah & Rachman, 2019. ...... Melalui berbicara akan dapat membantu anak mengusai berbagai kemampuan lainnya, menjadi lebih percaya diri, dan kreatif Ruampol et al., 2014. Berbicara bagi anak usia dini berperan dalam membantu perkembangan bahasanya, antara lain dalam meningkatkan kemampuan berbicara, menambah perbendaharaan kosakata, meningkatkan kemampuan mengucapkan kata-kata, dan melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangannya Khoiriyah & Rachman, 2019. ...Anggita Maharani RambeTjipto SumadiR. Sri Martini MeilaniPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berbicara, keterkaitan dan efektivitas kegiatan storytelling dapat berperan terhadap pengembangan kemampuan berbicara pada anak usia 4-5 tahun. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode studi kepustakaan atau literatur. data yang diperoleh peneliti bersumber pada hasil penelitian, buku, maupun data-data yang telah ada yang kemudian hasil dan literatur tersebut dideskripsikan atau ditelaah kembali. Keterkaitan storytelling atau bercerita terhadap kemampuan berbicara pada anak dapat terlihat berdasarkan peningkatan penguasaan jumlah kosa kata, merangsang daya imajinasi dan kreativitas anak, melatih keterampilan belajar bahasa dan ekspresi verbal, meningkatkan komunikasi lisan, mendorong anak untuk lebih ekspresif yang mendukung perkembangan mendengarkan anak berfungsi dengan baik untuk membantu kemampuan berbicara anak yang diwujudkan dalam kosa kata, kemampuan mengucap kata, dan merangkai kalimat yang digunakan anak dalam mengkomunikasikan pikiran atau perasaannya dengan jelas dalam kegiatan berbicara... Pembelajaran anak usia dini merupakan selaku upaya memaksimalkan pengetahuan anak. Anak usiar dini, kerap dianggap dalam masa keemasan yaitu anak usia 0 hingga 8 tahun, dimana menjadi landasan perilaku, nilai-nilai hidup yang baik serta luhur, menanamkan keahlian awal yang dibutuhkan guna menggapai perkembangan masa berikutnya Khoiriyah & Rachman, 2019. Menurut Welchons & McIntyre, pembelajaran untuk anak didik di usia dini adalah merupakan pendidikan yang berfokus pada pembangunan fondasi untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis. ...Musyaripah MusyaripahNina Yuminar PriyantiTujuan dari pembahasan penelitian ini yaitu ingin mengetahui bagaimana mendongeng dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak didik kelompok A di TK Islam Adifa Ciledug Tangerang Banten susai dilakukan tindakan. Penelitian tindakan kelas Class Action Research menjadi pilihan sebagai metode dalam penelitian ini, dengan populasi seluruh anak di TK Islam Adifa Ciledug Tangerang Banten yang berjumlah 20 orang. Teknik analisis data yang penulis lakukan yaitu analisis deksriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diperoleh kesimpulan bahwa adanya peningkatan dalam kemampuan berbicara anak ketika sesudah diterapkannya kegiatan mendongeng pada anak didik khususnya kelompok A di Taman Kanak-kanak Islam Adifa Ciledug Tangerang Banten. Dengan kegiatan mendongeng, guru bisa meningkatkan kemampuan bercerita anak didik khususnya kelompok A Taman Kanak-kanak Islam Adifa Ciledug Tangerang Banten. Peningkatan terjadi pada anak yaitu dapat mengucapkan kata-kata, memiliki kosakata dan membentuk kalimat. Dengan kegiatan mendongeng dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok A TK Islam Adifa Ciledug Tangerang Banten, ini dapat dilihat dari meningkatknya daya serap siswa terhadap pembelajaran meningkat sangat baik yaitu 17 anak 85% pada aspek mengucapkan kata, diperoleh 16 anak 80% pada aspek kosakata, diperoleh 15 anak 75% pada aspek membentuk kalimat.... Seperi hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa metode bercakap-cakap mampu meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini Hayati et al., 2021. Kemampuan berbicara pada anak dapat ditingkatkan melalui metode bercakapcakap Khoiriyah & Rachman, 2019. Kegiatan bercakap-cakap berbantuan media audio visual video mampu memotivasi dan menumbuhkan semangat anak untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran M. ...Muh. ShalehBatmang Batmang Laode AnhusadarPerkembangan keaksaraan anak usia dini perlu diberikan stimulus sejak dini tidak hanya oleh pendidik atau orang tua tetapi perlu kolaborasi antar orang tua dan pendidik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kolabarasi orang tua dan pendidik dalam menstimulus perkembangan keaksaraan anak usia dini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan pada KB Sultan Qaimuddin Kendari. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2021-Maret 2022, informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, pendidik dan orang tua peserta didik pada KB Sultan Qaimuddin Kendari. Teknik Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menemukan bahwa bentuk-bentuk kolaborasi yang dilakukan orang tua dan pendidik dalam memberikan stimulus perkembangan keaksaraan anak usia dini adalah merangsang minat anak untuk berbicara, latihan menggabungkan bunyi bahasa, memperkaya perbendaharaan kata, mengenalkan kalimat melalui cerita dan nyanyian, dan mengenalkan lambang huruf.... Media dan cara penyampaian cerita harus menyesuaikan gaya belajar anak. Peningkatan kemampuan berbicara anak dengan gaya belajar auditory lebih tepat menggunakan metode bercerita dengan boneka tangan Anggraeni et al., 2019;Khoiriyah & Rachman, 2019. Sementara, anak dengan gaya belajarnya visual lebih tepat menggunakan metode bercerita dengan media power point Afrianti Yulia & Wirman, 2020; Ruiyat et al., 2019. ...Vivi SufiatiMade Vina Arie ParamitaBercerita menjadi tradisi sejak jaman dahulu. Aktivitas bercerita dilakukan sebagai pengantar tidur. Bercerita dipercaya menstimulasi perkembangan literasi anak. Namun, tidak semua ibu memiliki ketrampilan bercerita. Situasi lelah ibu setelah seharian bekerja mengurangi performa dalam bercerita. Hal ini memunculkan pertanyaan bagaimana bercerita sebelum tidur bisa mengembangkan literasi anak dan apa buktinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan pengembangan literasi dini dengan cerita sebelum tidur. Penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subyek penelitian adalah 15 ibu peserta Kuliah Whatsaap Memahami Anak Melalui Cerita yang memiliki anak usia 2-6 tahun dan melakukan pembiasaan bercerita sebelum tidur. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Analisis data dilakukan melalui tahap reduksi data, data display, dan kesimpulan serta verivikasi. Hasil penelitian menemukan rutinitas bercerita dilakukan dengan tahapan pra bercerita dan saat bercerita. Pra bercerita dimulai dari membersihkan diri, berdoa dan memilih media serta tema cerita. Kegiatan bercerita dilakukan dari pengantar cerita, penggunaan media bercerita, penguasaan cerita, komunikasi isi cerita, dan memberi kesempatan anak bercerita. Dari rutinitas bercerita maka akan terdapat stimulasi perkembangan literasi yang diperoleh antara lain literasi informasi, visual, lisan, dan literasi terhadap teks tertulis. kesulitan menyajikan cerita dengan menarik. Kesimpulan menemukan ibu melakukan rutinitas bercerita sebelum tidur dengan persiapan pra bercerita dan bercerita dengan melibatkan anak untuk menstimulasi literasi anak.... Kegiatan recalling telah dilakukan guru berjalan dengan baik, tampak adanya interaksi dan komunikasi antara anak dengan guru melalui percakapan. Bercakap-cakap yang dilakukan anak dengan temannya atau anak dengan guru merupakan sarana untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak Khoiriyah & Rachman, 2019. Anak mampu mengulang kalimat sederhana dengan benar, menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang diserikan dan mampu mengutarakan pendapatnya dengan baik. ...Sri Yuniati Prima Suci RohmadhenyMenggambarkan pelaksanaan pembelajaran dengan metode bermain peran dan mendeskripsikan peningkakan kemampuan bahasa ekspresif anak usia 4-5 tahun di TK ABA Tegalsari Banguntapan Bantul adalah tujuan penelitian ini. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan Model Kemmis dan Mc Taggart dalam 2 siklus. Sebanyak 20 anak menjadi subyek. Data dikumpulkan menggunakan observasi dan dokumentasi. Data kualitatif dianalisis menggunakan model Miles&Huberman dan data kuantitatif menggunakan analisis deskriptif. Kriteria keberhasilan tindakan sebesar 70%. Perbaikan pembelajaran ditunjukkan sebagai berikut 1 kegiatan transisi sebelum main berjalan baik; 2 diskusi pemeranan dan alur cerita lebih detil; 3 media semakin menarik; 4 kegiatan recalling semakin interaktif; 5 penguatan bahasa anak semakin baik; 6 interaksi dan komunikasi anak semakin baik. Hasil pratindakan menunjukkan 15% anak mencapai kriteria berkembang sesuai harapan BSH. Setelah siklus I, prosentase tersebut menjadi 50% dan akhir siklus II menjadi 80%. Dengan demikian, pembelajaran metode bermain peran yang dilaksanakan dengan benar telah meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif experience of speaking skills tends to be underestimated by the teacher. Because speaking, especially in Bahasa Indonesia, is considered as the mother tongue used in pupil's daily communication. In general, madrasas ibtidaiyah teachers assume that speaking skills in Bahasa Indonesia are not so essential compared to reading and writing. Speaking skills considered to be something that has been studied by pupils since birth at home so that speaking skills are not emphasized to be taught more on the primary level. When designing the learning process, the teacher only focuses on material and students' cognitive without paying attention to student skills in conveying the context or conversation. This study aims to develop a learning activities model of speaking with the content of character building and a multicultural perspective. The researchers applied the ASSURE model as the approach to developing the learning model. The findings of this study showed that the learning model is carried out by analyzing the characteristics of students, setting learning objectives, choosing media, learning methods, and teaching materials, utilizing teaching materials, involving students in learning activities, evaluating and revising learning programs. The content of character education and multiculturalism perspective are applied as teaching Pembelajaran. Jakarta PT Raja Grafindo PersadaA AzharAzhar, A. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta PT Raja Grafindo ClarkClark, McDowall 2013. Childhood in Society. London Learning Pengembangan BahasaNurbiana DhieniDhieni, Nurbiana, dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta Universitas Development Theory and PracticeJ DohertyM HughesDoherty, J. and Hughes, M. 2009. Child Development Theory and Practice. Harlow Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang KehidupanE HurlockHurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta Penelitian KualitatifLexy J MoleongMoleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta PT Rineke CiptaMoeslichatoenMoeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta PT Rineke Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung PT Remaja Rosda KaryaE MulyasaMulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung PT Remaja Rosda Kecerdasan MajemukTadkirotun MusfirohMusfiroh, Tadkirotun. 2008. Pengembangan Kecerdasan Majemuk, Jakarta Universitas and Language Development MilestonesNational Institutes of Health 2018. Speech and Language Development Milestones. Bathesda NIDCD. Updated November 20, 2018 a. Pengertian Metode Bercakap-Cakap Secara etimologi, metode berasal dari kata method yang artinya suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan. Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang Kegiatan bercakap-cakap atau berdialog dapat diartikan saling mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara verbal untuk mewujudkan bahasa reseptif yang meliputi kemampuan mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain dan bahasa ekpresif yang meliputi kemampuan menyatakan pendapat, gagasan, dan kebutuhan kepada orang Metode bercakap-cakap di Taman Kanak-kanak sering disamakan dengan metode tanya jawab, perbedaan diantara keduanya yaitu pada metode bercakap-cakap 23H Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, Yogyakarta Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009, hlm. 11. interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik, atau antara anak dengan anak bersifat menyenangkan berupa dialog yang tidak kaku. Dalam percakapan tersebut, guru bertindak sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak memotivasi anak dengan harapan anak lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya atau mengekspresikan secara lisan. Sedangkan pada metode tanya jawab, yaitu interaksi antara guru dan anak didik, atau antara anak dengan anak bersifat kaku, karena sudah terikat pada pokok bahasan. Menurut Fetjhof Schouon seorang filsuf mengatakan bahwa salah satu kecerdasan yang khas manusia adalah kemampuan manusia bercakap-cakap dalam bentuk bahasa. Kemampuan manusia dalam bercakap-cakap dalam bentuk bahasa tentunya terjadi interakis antara dua orang atau lebih yang saling menanggapi dan terjadilah proses tanya Menurut Dwi Yulianti, metode bercakap-cakap sebagai cara untuk menyampaikan pelajaran dalam bentuk tanya jawab antara siswa dengan guru atau siswa dengan Selanjutnya, pengertian metode bercakap-cakap dari Depdikbud 1998 22 adalah suatu cara penyampaian bahan pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan guru atau anak dengan Moeslichatoen mengemukakan bahwa bercakap-cakap 25 Nurbiana Dhieni, dkk, Metode Pengembangan Bahasa, hlm. 26Dwi Yulianti, Bermain sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak, Jakarta Indeks, 2010, hlm. 36. berarti komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog. 28 Sesuai dengan uraian di atas kegiatan metode bercakap-cakap yaitu interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik, atau antara anak dengan anak yang bersifat menyenangkan berupa dialog yang tidak kaku. Topik percakapan dapat bebas ataupun ditentukan. Dalam percakapan tersebut, guru bertindak sebagai fasilitator, yang berarti guru lebih banyak memotivasi anak dengan harapan anak lebih aktif dalam mengemukakan Bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antar pribadi. Berkomunikasi merupakan proses dua arah. Untuk terjadinya komunikasi dalam percakapan diperlukan keterampilan mendengar dan keterampilan berbicara. Untuk bercakap-cakap secara efektif, belajar mendengarkan dan belajar berbicara sama Bercakap-cakap mengandung arti belajar mewujudkan kemampuan berbahasa reseptif dan ekspresif. Penguasaan bahasa reseptif ialah semakin banyaknya kata-kata baru yang dikuasai oleh anak yang diperolehnya dari kegiatan bercakap-cakap. Anak akan memacu pengembangan berbagai aspek perkembangan anak. Semakin banyak kosa kata yang diperoleh dari 28 Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, hlm. 92. 29 Nurbiana Dhieni, dkk, Metode Pengembangan Bahasa, hlm. 30 Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, hlm. 91. bermacam tema yang ditetapkan, semakin luas perbendaharaan pengetahuan anak tentang diri sendiri, keluarga, sekolah, dunia tanaman, hewan, orang, pekerjaan, dan Berkembangnya kemampuan berbahasa ekspresif ialah semakin seringnya anak menyatakan keinginan, kebutuhan, pikiran, dan perasaan kepada orang lain secara Jadi, metode bercakap-cakap ini merupakan suatu kegiatan belajar yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa/berbicara anak. b. Manfaat Kegiatan Bercakap-cakap Menurut Bruner, bahasa itu memegang peran yang sangat penting bagi perkembangan kognitif anak Galloway, 1976 36, dan setiap perkembangan menuntut aktivitas anak. Kegiatan bercakap-cakap merupakan salah satu aktivitas untuk meningkatkan perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa anak. Beberapa manfaat penting yang dapat dirasakan dalam penerapan metode bercakap-cakap antara lain 1 Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara ekspresif, menyatakan pendapat, menyatakan perasaan, menyatakan keinginan, dan kebutuhan secara lisan. 31Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, 32 Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, hlm. 94. 2 Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak lain. 3 Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan anak lain atau dengan gurunya agar terjalin hubungan sosial yang menyenangkan. 4 Dengan seringnya anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, perasaannya, dan keinginannya maka hal ini akan semakin meningkatkan kemampuan anak membangun jati dirinya. 5 Dengan seringnya kegiaatan bercakap-cakap diadakan, semakin banyak informasi baru yang diperoleh anak yang bersumber dari guru atau dari anak lain. Penyebaran informasi dapat memperluas pengetahuan dan wawasan anak tentang tujuan dan tema yang ditetapkan guru. 33 6 Melatih kemampuan anak untuk mendengarkan pembicaraan dan menangkap pesan dari orang lain. 7 Membangun konsep diri yang positif34 33 Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, hlm. 95 34 Mukhtar Latif, dkk, Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi, Jakarta Prenadamedia group, 2013, hlm. 115. c. Tujuan Kegiatan Bercakap-Cakap Sesuai dengan kemungkinan manfaat yang diperoleh anak dalam kegiatan belajar dengan metode bercakap-cakap yakni keberanian mengaktualisasi diri dengan bahasa ekspresif, menyatakan apa yang dilakukan sendiri atau orang lain, berhubungan dengan orang, membangun jati diri, dan memperluas pengetahuan dan wawasan, maka tujuan bercakap-cakap dapat diarahkan pada pengembangan aspek perkembangan anak yang sesuai. Program kegiatan yang cocok dengan menggunakan metode bercakap-cakap antara lain adalah pengembangan aspek-aspek perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosi, dan konsep diri. Perkembangan kognitif yang dapat dikembangkan dengan metode ini ialah kemampuan menalar, memecahkan masalah, mengenai lingkungan fisik, mengenal lingkungan sosial, kemampuan menggolong-golongkan, kemampuan menyusun berdasarkan kriteria tertentu, berhitung, mengenal simbol, mengenal orang, dan mengenal waktu. Perkembangan bahasa yang dapat dikembangkan dengan metode ini ialah kemampuan menangkap makna bicara orang lain dan kemampuan menanggapi pembicaraan ornag lain secara lisan. Perkembangan emosi yang dapat dikembangkan adalah kemampuan menyatakan perasaan senang atau tidak senang mengenai orang, benda, situasi, kejadian, dan pekerjaan tertentu. Perkembangan sosial yang dapat dikembangkan antara lain mengatur tingkah laku terhadap orang lain, cinta kasih dan minat kepada anggota keluarga dirumah, bergaul dengan anak lain, bekerja sama dengan anak lain, dan sebagainya. Pengembangan konsep diri juga dapat dicapai melalui metode bercakap-cakap. Seperti diketahui secara mendasar setiap anak ingin mendapatkan tempat bagi dirinya dalam kehidupan. Adanya perbedaan konsep diri setiap anak merupakan keunikan anak sebagai hasil dalam kegiatan kerja sama dengan anak lain, daam hal membuat keputusan, dan dalam hal kemampuan menyerap kemampuan yang bermakna bagi dirinya. Daya kreatif yang berkembang menyebabkan anak mampu menginterpretasi dan menanggapi sesuatu yang dihadapi. 35 Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka kebutuhan psikologis utama anak harus dipenuhi yakni memperoleh kasih sayang, dorongan, dan bimbingan dari guru. Pengalaman memperoleh kasih sayang dengan memberikan rasa aman dan rasa dihargai. Sedangkan memperoleh dorongan, anak akan membantu pembentukan rasa percaya diri dan perasaan mampu untuk mengunkapkannya. Dan pemberian bimbingan ke anak akan memberi rasa mampu dan berhasil. d. Bentuk-Bentuk Metode Bercakap-Cakap Ada tiga bentuk penggunaan metode bercakap-cakap dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pengembangan bahasa di Taman Kanak-kanak Depdikbud, 1998 24 yaitu 1 Bercakap-cakap bebas Bercakap-cakap bebas adalah suatu kegiatan percakapan yang dilakukan oleh seorang guru dengan seorang anak atau sekelompok anak dalam 35 Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, hlm. 96-97. membahas berbagai topik yang berkaitan dengan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Pada kegiatan bercakap-cakap bebas ini guru tidak perlu menentukan topik pembahasan, walau sedapat mungkin dikaitkan dengan tema. Peran guru sebagai membimbing kegiatan tersebut supaya percakapan tersebut tetap terarah dan dapat memotivasi anak, memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi berbicara. Upaya ini merupakan cara pengungkapan apa yang ada dalam pemikiran anak, dalam pemikiran anak ada yang sama adapula yang berbeda berdasarkan dengan tahap dan pengalamannya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan potensi dan kreativitas anak untuk berekspresi melalui bahasa. Pada kegiatan bercakap-cakap bebas biasanya setiap anak ingin mengungkapkan segala apa yang ada dalam hati dan pikirannya. Dalam hal ini guru harus bijak dalam menyikapinya. Setiap komentar terhadap percakapan guru dan anak lainnya harus dapat dihargai, apabila ada kata-kata, intonasi suara, gaya bahasa, ekspresi dan ungkapan anak yang salah maka guru dapat membantu memperbaikinya dengan tidak menyalahkan anak secara berlebihan yang akan berdampak psikologis pada diri anak. begitupun apabila anak bertanya hendaknya guru dapat menjawabnya dengan bahasa yang baik dan menyenangkan anak dan dapat membuka pertanyaan atau komentar anak lainnya, sehingga anak merasa puas telah diperhatikan dnegan baik. Dalam kegiatan bercakap-cakap bebas ini guru tidak boleh membedakan anak satu dengan lainnya dalam memberi kesempatan anak untuk berperan aktif pada kegiatan percakapan 2 Bercakap-cakap menurut pokok bahasan Bercakap-cakap menurut pokok bahasan adalah kegiatan percakapan antara guru dengan anak didik, dengan pokok bahasan yang telah ditetapkan. Pokok bahasan yang menjadi topik percakapan disesuaikan dengan tema pembelajaran yang dipilih baik untuk kelompok A maupun untuk kelompok B. Misalnya tentang kendaraan, tanaman, binatang atau situasi lingkungan sekitarnya, yang dekat dengan lingkungan kehidupan sehari-hari anak. Kegiatan bercakap-cakap menurut pokok bahasan ini bertujuan untuk memberikan pengertian tentang suatu pokok bahasan. Agar anak dapat mengungkapkan pendapatnya terhadap sesuatu objek berdasarkan pengamatan indranya maupun pengalamannya. Dalam kegiatan ini dapat menggunakan alat peraga sebagai pendukung kegiatan percakapan menurut pokok bahasan 3 Bercakap-cakap berdasarkan gambar seri Kegiatan bercakap-cakap berdasarkan gambar seri adalah suatu kegiatan percakapan yang dilakukan guru kepada anak dengan bantuan buku bergambar yang ceritanya berseri, biasanya teridiri dari 4 seri. Gambar seri 1 sampai dengan ke 4 tersebut saling berkaitan dan merupakan rangkaian sebuah cerita atau sebuah informasi. Isi buku gambar seri tersebut 36 Nurbiana Dhieni, dkk, Metode Pengembangan Bahasa, hlm. adalah pokok bahasan dalam bercakap-cakap dengan menggunakan gambar seri. 38 Bercakap-cakap dengan gambar seri memiliki tujuan secara khusus Depdikbud, 1998 25 ialah memupuk kesanggupan meletakkan antara tanggapan-tanggapan dan menarik kesimpulan. Ketentuan gambar seri yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut Depdikbud, 19998 50-51 a Ukuran gambar cukup besar sehingga dapat dilihat oleh semua anak sampai perinciannya. b Hubungan antara satu gambar dengan gambar yang berikutnya kelihatan jelas. c Tiap gambar dapat menimbulkan rasa ingin tahu anak untuk mengetahui kelanjutannya, hal ini dapat dilihat pada gambar berikutnya. d Setiap gambar menunjukkan suatu adegan yang jelas. e Gambar hendaknya jangan terlalu banyak “hiasan” gambar tambahan sehingga dapat membubarkan arti dari isi gambar-gambar itu. f Gambar-gambar itu sebaiknya diberi warna yang hidup dan menarik serta sesuai dengan aslinya. 39 38 Nurbiana Dhieni, dkk, Metode Pengembangan Bahasa, hlm. e. Langkah-Langkah Metode Bercakap-Cakap Langkah-langkah kegiatan bercakap-cakap dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu kegiatan pra-pengembangan, kegiatan pra-pengembangan, dan kegiatan penutup. 1 Kegiatan pra-pengembangan Ada dua macam persiapan dan kegiatan pra-pengembangan a Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap dipergunakan, untuk membantu anak meningkatkan keberanian mengungkapkan pikiran, perasaan, keinginan, dan sikap dalam kaitan tema yang diperbincangkan dan mendekatkan hubungan antarpribadi kelompok anak dalam kegiatan berckaap-cakap. b Kegiatan penyiapan siswa dalam melaksakan kegiatan bercakap-cakap 1 Guru mengkomunikasikan kepada siswa tujuan kegiatan bercakap-cakap. 2 Untuk pemanasan guru mengajak siswa untuk menyanyi. 3 Guru memperjelas apa yang harus dilakukan anak-anak dalam kegiatan bercakap-cakap yakni keberanian berbicara dan kesungguhan mendengar bicara anak lain. 2 Kegiatan Pengembangan Bercakap-cakap dalam kaitan tema. Misalnya dalam kaitan lebaran. Sebagai pengarahan guru membuka perakapan dengan mengatakan misalnya Guru “kita baru menyanyikan lagu ‘Lebaran Telah Tiba’. Sebentar lagi kita akan merayakan lebaran” Ani “Saya akan ke rumah nenek. Rumah nenek dihias warna-warni dan banyak kue dan Budi “Aku dengan bapak dan ibu ke taman Cica “Aku Keliling kota dengan Guru “Bu Guru akan membuat nasi kuning, mengantar nasi ke rumah Ani “Ani membuat lampu hias, Ani senang sekali nonton pawai takbiran, tetapi saya tidak suka anak-anak yang Guru “Bagaimana dengan bunyi Budi “Saya takut bu guru, saya lebih suka kembang api, saya akan minta dibelikan 2 Guru “Lho kok dua, untuk siapa?” Budi “Saya satu, adik Cica “Saya juga suka, tetapi nenek tidak suka, katanya berbahaya. Papa bilang membakarnya harus jauh dari Demikian seterusnya guru membimbing anak-anak untuk mengungkapkan keadaan, ciri-ciri, makanan yang disediakan, bahasa, menyampaikan hal-hal yang diketahui, sikapnya, keinginannya, dan seterusnya. 3 Kegiatan Penutup Setelah percakapn berlangsung misalnya 20 menit seputar lebaran, maka tiba saatnya guru membimbing anak-anak untuk merangkum hasil percakapan yang dilaksanakan. Guru membimbing anak untuk mengugkapkan persamaan dan perbedaan pengenalan, perasaan, keinginan, sikap mereka tentang lebaran. Terbukti dari kagiatan bercakap-ckaap anak dapat meningkatkan perbendaharaan kata dengan bertambahnya kosa kata baru yang diperoleh dalam bercakap-cakap, keberanian untuk mengungkapkan pendapat, keinginan, perasaan senang dan tidak senang, sikap suka atau tidak suka. Dampak penyerta yang diperoleh anak dari hasil percakapan ini anak semakin dapat memahami dirinya sebagai pribadi yang unik, disamping memliki karakteristik yang sama juga memiliki perbedaan. Bagaimana anak memandang dirinya dan memandang anak lain perlu mendapat bimbingan guru agar anak dapat bertumbuh menjadi pribadi yang sehat. 40 Seorang pendidik PAUD hendaknya berupaya untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam berdialog. Upayakan menggunakan kata-kata yang positif, penuh dengan penghargaan dan pujian, serta kata-kata yang santun dan lembut, misalnya kata-kata terima kasih, pintar, alhamdulillah, luar biasa, permisi, subhanallah, dan lain-lain. 41 Jika anak-anak sering mendengar 40 Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak, hlm. 104-105. kata tersebut, mereka akan meniru dan membiasakan diri berkata-kata yang baik, merasa dihargai pekerjaannya, merasa dihormati hak-haknya, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan termotivasi untuk lebih giat lagi. Hal tersebut membiasakan anak untuk berkata baik. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Quran Surah An-Nahl ayat 78 ُه للÙَاَو ُ ÙŽ Ùƒ َرجُص جَاَُوَُوجْ لمُْاُه هْ ََُُلََََُُوُكو جً ََُْا جِهَُْجََُْ ÙŽ ُج هْ ُكَتلْهاُ ا جِ هْهُُجب ُْج هْ َََُجََاُ . َا جو هَهك جشَتُج هْ لََُضَُُةَد جفص جَاَُو Ù¨Ù§ ُ Artinya “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu, dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu Dalam hadits yang lain dari Abu Hurairah ra, ia bercerita, “Aku pernah mendengar Rasulullah saw. Bersabda, ‘Ucapan yang baik merupakan sedekah’” 42 Sebaliknya, pendidik PAUD hendaknya berupaya untuk menghindari kata-kata yang negatif, kurang sopan, kasar, tidak santun, bersifat melarang, misalnya kata “jangan”, “tidak”, “bodoh”, “nakal”, “malas”, dan sebagainya. Jika anak-anak sering mendengar dan akrab 42 Ummi Aghla, Mengakrabkan Anak pada Ibadah, Jakarta Almahira, 2004, hlm. 120. dengan kata-kata tersebut, maka dampaknya akan fatal terhadap perkembangan anak nanti. Mereka akan meniru, merasa tidak dihargai, tidak dihormati, dikecilkan, dibatasi ruang geraknya, dihalangi kemauannya, bahkan sampai pada merasa disakiti hati dan perasaannya, yang nantinya akan menjadi rendah diri, tidak percaya diri dan tidak termotivasi alam Jika ada anak yang mengalami kesulitan dalam pengembangan kemampuan berbahasa reseptif dan ekspresif sehingga mengalami kesulitan dalam kegiatan bercakap-cakap tentang tema yang sudah ditetapkan, maka guru harus memberikan perlakuan khusus yang memungkinkan anak memperoleh kemajuan dalam pengembangan kemampuan tersebut. Misalnya, dengan cara bertanya jawab yang dapat meningkatkan perbendaharaan kosakata tentang tema tersebut pada kesempatan lain yang khusus bagi anak yang bersangkutan remedial.44 f. Kelebihan dan Kelemahan Metode Bercakap-cakap Kelebihannya 1 Anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan ide-ide dan pendapatnya. 43Mursid, Belajar dan Pembelajaran PAUD, Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2015, hlm. 44. 2 Anak mendapat kesempatan untuk menyumbangkan gagasanyya. 3 Hasil belajar dengan metode bercakap-cakap bersifat fungsional karena topik/tema yang menjadi bahan percakapan terdapat dalam keseharian dan di lingkungan anak. 4 Mengembangkan cara berpikir kritis dan sikap hormat atau menghargai pendapat orang lain. 5 Anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan belajarnya pada taraf yang lebih tinggi. Kelemahannya 1 Membutuhkan waktu yang cukup lama. 2 Memerlukan ketajaman dalam menangkap inti pembicaraan. 3 Dalam prakteknya, percakapan akan selalu didominasi oleh beberapa orang 2. Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini a. Pengertian Bahasa Bahasa merupakan suatu bentuk menyampaikan pesan terhadap segala sesuatu yang diinginkan. 46 Bahasa adalah alat untuk berpikir, mengekspresikan diri dan 45 Nurbiana Dhieni, dkk, Metode Pengembangan Bahasa, hlm. 46 Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD Tinjauan komunikasi. Keterampilan bahasa juga penting dalam rangka pembentukan konsep, informasi, dan pemecahan masalah. Melalui bahasa inilah yang dapat memahami komunikasi pikiran dan Bahasa didefinisikan sebagai sarana komunikasi dengan orang lain. dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, simbol, lambang, gambar atau lukisan. Menurut Miller, bahasa merupakan urutan kata-kata, bahasa juga dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda atau waktu yang berbeda. 48 Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan b. Tahap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Secara umum tahap-tahap perkembangan anak dapat dibagi ke dalam beberapa rentang usia, yang masing-masing menunjukkan ciri-ciri tersendiri. 50 Menurut Piaget dan Vygotsky dalam Tarigan, 2008 47 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya, Jakarta Kencana, 2011, hlm. 74. 48 Muhammad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD Tinjauan Teoretik dan Praktik, hlm. 46. 49 Mursid, Belajar dan Pembelajaran PAUD, hlm. 8. 50 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam tahap-tahap perkembangan bahasa pada anak, sebagai berikut 1 Tahap Meraban pralinguistik pertama 0,05 tahun. Selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi menangis, menjerit, dan tertawa. Berikut perincian tahapan perkembangan tahapan perkembangan anak usia 0-5 bulan berdasarkan hasil penelitian beberapa ahli yang dihimpun oleh Clark 2007 a 0-2 minggu anak sudah dapat menghadapkan muka kearah suara. Anak sudah dapat membedakan suara manusia dengan suara lainnya. b 1-2 bulan anak dapat membedakan suku kata seperti, bu dan pa. c 3-4 bulan anak sudah dapat membedakan suara laki-laki dan perempuan. d 5 bulan anak mulai memperhatikan intonasi dan ritme dalam ucapan. 2 Tahap meraban kedua 0,5-1 tahun Pada tahap ini anak mulai aktif, artinya tidak sepasif waktu anak berada pada tahap meraban pertama. Secara fisik anak sudah dapat melakukan gerakan-gerakan seperti memegang dan mengangkat benda atau menunjuk. Berkomukasi dengan anak mulai mengasyikkan karena anak mulai aktif memulai komunikasi. a 5-6 bulan kemampuan bahasa semakin baik dan luas, anak semakin mengerti beberapa makna kata, misalnya nama, larangan sederhana, perintah sederhana maupun ajakan singkat. b 7-8 bulan pada tahap ini, orangtua sudah dapat mengenalkan hal baru bagi anaknya. Anak sudah dapat mengenal bunyi kata untuk objek yang sering diajarkan dan dikenalkan oleh orangtuanya secara berulang-ulang. c 8 bulan-1 tahun pada usia ini, anak sudah dapat berinisiatif memulai komunikasi. Selain mengoceh anak pun pandai menggunakan bahasa isyarat, misalnya dengan cara menunjuk atau meraih benda-benda. 3 Tahap linguistik anak mulai bisa mengucapkan bahasa yang menyerupai uajaran orang dewasa. a Tahap Holofrastik 1-2 Tahun Pada masa ini, masukan kebahasaan berupa pengetahuan anak tentang kehidupan di sekitarnya sekitarnya semakin banyak, misalnya nama anggota keluarga, binatang, nama makanan, dll. Pada tahap ini, anak sudah mulai mengucapkan satu kata. b Tahap II, Kalimat Dua Kata 2-3 Tahun Kanak-kanak memasuki tahap ini dengan pertama kali mengucapkan dua holofrasa dalam rangkaian yang yang ingin anak sampaikan berupa bertanya dan meminta. Kata-kata yang digunakan untuk itu semua sama seperti perkembangan awal, yaitu sana, sini, itu, lihat. Selain keterampilan mengucapkan dua Jawaban ✅ untuk PERKATAAN UNTUK MENGAJAK BERCAKAP CAKAP dalam Teka-Teki Silang. Temukan jawaban ⭐ terbaik untuk menyelesaikan segala jenis permainan puzzle Di antara jawaban yang akan Anda temukan di sini yang terbaik adalah Sapa dengan 4 huruf, dengan mengkliknya Anda dapat menemukan sinonim yang dapat membantu Anda menyelesaikan teka-teki silang Anda. Solusi terbaik 0 0 Apakah itu membantu Anda? 0 0 Frasa Jawaban Huruf Perkataan Untuk Mengajak Bercakap Cakap Sapa 4 Bagikan pertanyaan ini dan minta bantuan teman Anda! Apakah Anda tahu jawabannya? Jika Anda tahu jawabannya dan ingin membantu komunitas lainnya, kirimkan solusi Anda Serupa

ucapan untuk mengajak bercakap cakap